Kamis, 19 Mei 2016

BUBUR ABAH ODIL




Persentasi Tugas 2 
Kelompok Ujang Joko
12 mei 2016
 WAWANCARA PERUSAHAAN DAGANG
BUBUR ABAH ODIL



 “Bubur Ayam Abah Odil” merupakan sebuah perusahaan dagang bubur ayam yang telah sukses mencakup wilayah kabupaten malang. Lokasi pusat “Bubur Ayam Abah Odil” berada di wilayah tengah  pusat kota malang yaitu JL. Sukarno Hatta. Owner atau Pemilik perusahaan “Bubur Ayam Abah Odil” sendiri adalah seorang ahli agama yang sering di panggil dengan nama abah odil. Bapak berumur kisaran 55-58 tahun ini memulai bisnisnya sebagai penjualan bubur ayam kurang lebih 12 belas tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2014.
Dulu beliau memulai bisnis ini dengan mendorong gerobak bubur ayam keliling kampong pelosok kota malang dan terus berkembang hingga memiliki tempat usaha seperti sekarang. Motivasi beliau untuk memulai bisnis bubur ayam berawal ketika beliau merasa kurang puas menjadi seorang pegawai , dan iya sadah bahwa bos yang memerintah beliau belum pasti pendidikannya sederajat dengan beliau tetapi sudah bisa memberikan gaji . Kemudian alasan kedua beliau meneruskan sejarah perjalanan rosullah SAW yang dulu merupakan seorang wirausaha yang bertujuan untuk berbagi kepada sesama dengan membuka lapangan kerja baru, beribadah serta beriman kepada allah SWT dengan selalu bersyukur dan percaya bahwa usaha keras selalu membuahkan hasil. Perusahaan “Bubur Ayam Abah Odil” sendiri kurang lebih memiliki 25 orang karyawan tetap yang telah setia bertahun-tahun bekerja bersama, selama perjalanan kesuksesan “Bubur Ayam Abah Odil”. ruko“Bubur Ayam Abah Odil” –pun sekitar 5 cabang menyebar di sudut pelosok kota malang. “Kunci kesuksesan Bubur Ayam Abah Odil adalah percaya dan selalu berusaha dan tidak kenal lelah berdoa meminta petunjuk kepada Allah SWT” ujar ABAH ODIL. “Ketika kamu berusaha kemudian kamu gagal dan kamu menyerah, tidak ingin lagi mencoba, dengan memanfaat peluang-peluang dan kesempatan yang ada selamanya kamu tidak akan merasakan nyamannya menjadi pengusaha sukses. Sebaliknya jika kamu mau berusaha, dan berani berbuat dan memiliki keinginan untuk selalu belajar  insyaAllah kesuksesan akan segera menjemput kita. Intinya banyaknya bertindak daripada hanya menyusun rencana tetapi tidak ada tindakan” ujar tambahan ABAH ODIL pemilik Bubur Ayam Abah Odil.
 Mengapa Bubur Ayam yang dijual kenapa tidak makanan lain. Dulu di Malang ini saya susah sekali mencari sarapan bubur ayam. Dari sana tebersit saja, kenapa tidak membuka warung bubur ayam. Pesaing masih sedikit. Tapi, ujiannya besar karena bubur ayam belum menjadi makanan favorit disini. Pasarnya kecil. Bagi saya, Ini gerakan revolusi kuliner bagi Malang. Saya harus meracik bubur ayam terlezat yang pernah ada. Alhamdulillah hasilnya menggembirakan,” ceritanya.  menurut survey abah odil bubur ayam belum gemari digemari bahkan masih banyak masyarakat mengira bahwa bubur merupakan makanan untuk orang sakit saja. Argument seperti inilah yang menjadi tolak ukur cita rasa sebuah makanan bubur dibilang tidak enak atau biasa saja. Dari sini kami mengubah bubur dari makanan orang sakit menjadi makanan favorit wajib setiap hari untuk dimakan dengan menambahakan ayam menambahkan gizi baik untuk pencinta makanan kuliner malang ini.

Saat ini Bubur Ayam Istimewa Tasikmalaya Abah Odil telah memiliki lima gerai di Malang Raya dengan pusatnya di Ruko Griya Shanta Eksekutif MP-48 Jalan Soekarno-Hatta, tepat di seberang Taman Krida Budaya Jawa Timur. Dua dari kelima gerai ini sudah dikelola anak-anaknya. Meski sudah menempati ruko, Abah Odil tetap menghadirkan suasana khas warung yang sederhana dengan harga yang juga sangat ekonomis. Selain keunggulan rasa, keramahan para pelayan dan kecepatan penyajian di setiap gerainya juga menjadi kekuatan khas Bubur Ayam Abah Odil. Abah Odil menjamin setiap pengunjung yang datang tidak akan menanti lama untuk bisa menikmati bubur ayamnya. ”Saya menanamkan kepada semua karyawan agar setiap pengunjung Abah Odil terkesan dengan keramahan dan suasana yang tulus dan hangat,” tutur Abah Odil. Bagi Abah Odil, ketulusan menjadi fondasi dan filosofinya dalam melayani konsumen. Ini tak lepas dari perjuangan jatuh bangunnya dalam membangun usaha. Berkali-kali kegagalan dialaminya setelah memutuskan tidak lagi menjadi karyawan yang nasibnya berada di tangan atasan meski sudah masuk zona mapan. ”Saya dan keluarga pernah berada di titik terendah. Dari pengalaman hidup itu, kita belajar bahwa kunci sukses hidup itu adalah kejujuran, ketulusan, kesungguhan, dan doa,” ungkap ayah empat anak ini.

Dulunya, Abah Odil bukanlah penjual bubur. Usaha itu baru dilakoni sekitar tahun 2004. Abah Odil sendiri dulunya adalah wakil direksi plus menejer produksi di sebuah perusahaan sarung ternama di Indonesia. Gajinya pun besar. Rumah, asuransi kesehatan, dan mobil dinas juga disediakan perusahaan. Belum lagi dengan fasilitas dan bonus lainnya.

Namun, semua itu tak membuatnya tenang. Pasalnya, sebagai menejer produksi, setiap saat dia harus mengontrol mesin. Ia merasa seperti diikat. Hal itu membuat ibadahnya terbengkalai. Bahkan, hanya untuk mengikuti pengajian saja jadi susah lantaran tidak ada waktu. Bukan tidak pernah memberi masukan ke perusahaan, tapi pihak perusahaan memiliki alasan sendiri. Lalu, Abah Odil pun berpikir untuk memiliki usaha sendiri. Selain bebas beribadah, dengan memiliki usaha sendiri, ia juga bisa mempekerjakan karyawan. “Itulah alasan saya keluar sebagai menejer produksi,” jelas alumnus Akademi Tekstil Berdikari Bandung ini. Usai mengunduran diri dari perusahaan, Abah Odil pernah mencoba menempuh berbagai usaha. Namun, karena tidak memiliki pengalaman dagang, usahanya pun banyak yang gagal. Pernah terjun ke usaha tekstil tapi juga tidak beruntung. Lalu mencoba jualan es akar rumput, nasi pecel, hingga roti. Tapi, keberuntungan belum berpihak kepadanya. Hingga akhirnya, Ate fokus menggeluti usaha bubur ayam. Kali ini nasibnya mujur.

Keuntungan yang diperolehnya dari hari ke hari semakin besar. Tidak hanya itu, kini, ayah dari Rizki Madita, Astrid, Aisyah, dan Abdillah bebas menjalankan ibadah. Begitu juga dengan 12 karyawannya. Setiap shalat lima waktu dan Jumat harus dilaksanakan di masjid. Bahkan, di sela-sela jam kerja karyawannya, setiap malam Rabu pukul 17.30 hingga 19.15 seluruh karyawan diwajibkan mengikuti pengajian.Program pengajian rutin dan wajib shalat jamaah yang diterapkan kepada karyawannya itu ternyata positif. Muskamah, contohnya. Karyawan yang telah bekerja tiga tahun ini mengaku mendapat pencerahan setelah mengikuti pengajian. “Ya, saya merasa enak sehabis ikut pengajian,” ungkap karyawan bagian dapur ini.Tak hanya itu, karyawan asal Malang ini juga menjadi semangat ketika bekerja. Tak pelak, selama bekerja di Abah Odil ia merasa terkesan. Kesuksesan Abah Odil dalam usahanya tidak terlepas dari dukungan sang istri, Sulistyawati. “Apa pun keputusan yang diambil suami, selama itu baik, akan saya dukung,” ungkapnya. Termasuk ketika memutuskan keluar dari perusahaan, Sulistyawati mendukungnya.“Saya kira, Bapak punya niat baik atas keputusan itu,” imbuhnya. Meski harus melepas kemewahan, namun Sulistyawati mengaku tidak menyesal. Sulistyawati pun tidak kaget dan shock. “Saya sudah biasa hidup susah. Hidup dengan modal dengkul tak masalah,” tegasnya. Ketika suaminya memulai usaha bubur ayam, dia tak henti-hentinya memotivasinya. “Maklum, dulu Bapak menejer, ketika harus dorong gerobak bubur sempat malu juga,” tuturnya. Lantas Sulistyawati menasihatinya, “Sudahlah Yah, berangkat saja. Jangan malu. Wong kita nggak ikut makan mereka kok,” kilahnya.

Ada tiga jenis bubur ayam yang dijual Atet, yakni bubur ayam istimewa, spesial, dan super. Untuk bubur ayam istimewa, menunya terdiri dari bubur, daging ayam, dan segala aksesorisnya: seperti krupuk, bawang, dan kacang. Bubur spesial berisi ati ampela dan aksesorisnya. Sedangkan bubur super, berisi ayam, ati ampela, dan telor setengah matang. Selain bubur, Ate juga menyediakan minuman khas Jabar: bandrek dan bajigur.Bumbu khas juga menjadi kekuatan rasa sate ampela-ati, sate usus, dan telur puyuh yang menjadi pendamping setiap porsi bubur ayam yang disajikan lengkap dengan telur ayam kampung setengah matang plus kerupuk ini. Telur setengah matang tersembunyi di dasar mangkuk di balik lapisan bubur dan muncul ketika buburnya diaduk. Perbincangan dari mulut ke mulut pun menjadikan pelanggan Bubur Ayam Abah Odil terus meningkat.  Abah Odil menyediakan empat paket sajian yang bisa dipilih pengunjung. Paket1: bubur ayam istimewa; Paket 2: bubur ayam spesial ampela ati; Paket 3: bubur ayam super, ampela ati, telur ayam kampung setengah matang; dan Paket 4: bubur ayam jumbo. Semua didampingi secangkir teh tawar yang bisa diisi ulang. Tersedia juga pilihan minuman tradisional lainnya seperti wedang bajigur, bandrek, dan bandrek susu.  
Mulanya, segmentasi penjualan bubur ayam hanya untuk warga Jawa Barat yang tinggal di Malang. Sebab, bagi warga Jawa Barat (Jabar), bubur sudah menjadi menu setiap hari. Betul saja, tahun 2004, ketika usaha Abah Odil dibuka, pembelinya kebanyakan orang Jabar. “Mungkin ada perasaan primordialisme, jadi mereka beli,” ujar Abah Odil menghibur diri. Apalagi bubur ayam Abah Odil dikasih embel-embel, kata Tasikmalaya, salah satu kota di Jawa Barat yang terkenal dengan kerajinan anyaman bambunya. Kini, seiring dengan berjalannya waktu, banyak masyarakat yang bukan asal Jabar yang membelinya. Hal itu membuktikan, untuk masalah kuliner, tak ada kata tradisi yang tidak bisa dilawan. Asal enak di lidah, siapa pun akan suka. Abah Odil pun berhasil melawan arus.
               
Sejak masih berjualan di gerobak, Abah Odil selalu menjaga kualitas bubur hasil olahannya.“Saya setiap pagi mencoba bubur saya sebelum saya jual kepada orang lain. Sedikit-sedikit semua saya coba, dari buburnya sendiri sampai aksesoris-aksesorisnya, ini untuk melihat kualitas agar tetap terjaga.” Untuk menjamin kualitas tetap terjaga, Abah Odil selalu menyempatkan diri bertanya kepada pelanggannya mengenai rasa buburnya. Kalau tidak sempat bertanya, biasanya dia melihat dari mangkok bubur. Apakah buburnya tersisa banyak atau habis tak tersisa.“Bagaimana meja satu? Bagaimana meja 2? Habis semua atau tidak? ‘Ada satu pak tidak habis’ Kita evaluasi apa yang menyebabkan tidak habis,” ungkapnya. Kebanggaan Abah hanya satu, ketika semua pelanggannya puas dengan sajian buburnya. Mangkuk-mangkuk selalu bersih, tanpa sisa bubur. “Kalau sudah seperti itu rasanya bahagia luar biasa,” ungkapnya.

Pada tahun pertama dibuka, dengan modal satu gerobak dorong, Abah Odil sudah berhasil membukukan omzet Rp100 juta. Tahun lalu omzet gerai pusatnya saja telah mencapai Rp1,4 miliar. Di sana rata-rata terjual 300-400 porsi per hari dengan harga per porsi Rp11.000.

Mantan menejer di perusahaan tekstil terkenal, lalu banting setir jualan bubur. Awalnya gengsi, namun kini usahanya beromzet puluhan juta per bulan.

Ruko yang berada di Jalan Soekarno Hatta D 511 Malang itu tak istimewa. Luasnya cuma 3 x 8 meter. Di halaman depannya terpasang tenda terop, berisi tiga meja dan lima bangku panjang. Bagian depan tenda ditutup dengan selembar tirai bambu bertuliskan “Abah Odil Bubur Ayam Tasikmalaya”.
Ruko ini adalah tempat penjualan bubur ayam. Meski sederhana, tapi penjualannya mencapai 300 mangkok per hari. Dari hasil usaha itu, Ate Rushendi, pemilik Abah Odil asal Tasikmalaya ini mampu meraup laba sekitar Rp 50 juta per bulan.