Persentasi Tugas 2
Kelompok Ujang Joko
12 mei 2016
WAWANCARA PERUSAHAAN DAGANG
BUBUR ABAH ODIL
“Bubur Ayam Abah Odil” merupakan
sebuah perusahaan dagang bubur ayam yang telah sukses mencakup wilayah
kabupaten malang. Lokasi pusat “Bubur Ayam Abah Odil” berada di wilayah tengah pusat kota malang yaitu JL. Sukarno Hatta.
Owner atau Pemilik perusahaan “Bubur Ayam Abah Odil” sendiri adalah seorang
ahli agama yang sering di panggil dengan nama abah odil. Bapak berumur kisaran
55-58 tahun ini memulai bisnisnya sebagai penjualan bubur ayam kurang lebih 12
belas tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2014.
Dulu beliau memulai bisnis ini dengan mendorong gerobak bubur ayam
keliling kampong pelosok kota malang dan terus berkembang hingga memiliki
tempat usaha seperti sekarang. Motivasi beliau untuk memulai bisnis bubur ayam
berawal ketika beliau merasa kurang puas menjadi seorang pegawai , dan iya
sadah bahwa bos yang memerintah beliau belum pasti pendidikannya sederajat
dengan beliau tetapi sudah bisa memberikan gaji . Kemudian alasan kedua beliau
meneruskan sejarah perjalanan rosullah SAW yang dulu merupakan seorang
wirausaha yang bertujuan untuk berbagi kepada sesama dengan membuka lapangan
kerja baru, beribadah serta beriman kepada allah SWT dengan selalu bersyukur
dan percaya bahwa usaha keras selalu membuahkan hasil. Perusahaan “Bubur Ayam
Abah Odil” sendiri kurang lebih memiliki 25 orang karyawan tetap yang telah
setia bertahun-tahun bekerja bersama, selama perjalanan kesuksesan “Bubur Ayam
Abah Odil”. ruko“Bubur Ayam Abah Odil” –pun sekitar 5 cabang menyebar di sudut
pelosok kota malang. “Kunci kesuksesan Bubur Ayam Abah Odil adalah percaya dan
selalu berusaha dan tidak kenal lelah berdoa meminta petunjuk kepada Allah SWT”
ujar ABAH ODIL. “Ketika kamu berusaha kemudian kamu gagal dan kamu menyerah,
tidak ingin lagi mencoba, dengan memanfaat peluang-peluang dan kesempatan yang
ada selamanya kamu tidak akan merasakan nyamannya menjadi pengusaha sukses.
Sebaliknya jika kamu mau berusaha, dan berani berbuat dan memiliki keinginan
untuk selalu belajar insyaAllah
kesuksesan akan segera menjemput kita. Intinya banyaknya bertindak daripada
hanya menyusun rencana tetapi tidak ada tindakan” ujar tambahan ABAH ODIL
pemilik Bubur Ayam Abah Odil.
Mengapa Bubur Ayam
yang dijual kenapa tidak makanan lain. Dulu di Malang ini saya susah sekali
mencari sarapan bubur ayam. Dari sana tebersit saja, kenapa tidak membuka
warung bubur ayam. Pesaing masih sedikit. Tapi, ujiannya besar karena bubur
ayam belum menjadi makanan favorit disini. Pasarnya kecil. Bagi saya, Ini
gerakan revolusi kuliner bagi Malang. Saya harus meracik bubur ayam terlezat
yang pernah ada. Alhamdulillah hasilnya menggembirakan,” ceritanya. menurut survey abah odil bubur ayam belum
gemari digemari bahkan masih banyak masyarakat mengira bahwa bubur merupakan
makanan untuk orang sakit saja. Argument seperti inilah yang menjadi tolak ukur
cita rasa sebuah makanan bubur dibilang tidak enak atau biasa saja. Dari sini
kami mengubah bubur dari makanan orang sakit menjadi makanan favorit wajib
setiap hari untuk dimakan dengan menambahakan ayam menambahkan gizi baik untuk
pencinta makanan kuliner malang ini.
Saat ini Bubur Ayam Istimewa Tasikmalaya Abah Odil telah
memiliki lima gerai di Malang Raya dengan pusatnya di Ruko Griya Shanta
Eksekutif MP-48 Jalan Soekarno-Hatta, tepat di seberang Taman Krida Budaya Jawa
Timur. Dua dari kelima gerai ini sudah dikelola anak-anaknya. Meski sudah
menempati ruko, Abah Odil tetap menghadirkan suasana khas warung yang sederhana
dengan harga yang juga sangat ekonomis. Selain keunggulan rasa, keramahan para
pelayan dan kecepatan penyajian di setiap gerainya juga menjadi kekuatan khas
Bubur Ayam Abah Odil. Abah Odil menjamin setiap pengunjung yang datang tidak
akan menanti lama untuk bisa menikmati bubur ayamnya. ”Saya menanamkan kepada
semua karyawan agar setiap pengunjung Abah Odil terkesan dengan keramahan dan
suasana yang tulus dan hangat,” tutur Abah Odil. Bagi Abah Odil, ketulusan
menjadi fondasi dan filosofinya dalam melayani konsumen. Ini tak lepas dari
perjuangan jatuh bangunnya dalam membangun usaha. Berkali-kali kegagalan
dialaminya setelah memutuskan tidak lagi menjadi karyawan yang nasibnya berada
di tangan atasan meski sudah masuk zona mapan. ”Saya dan keluarga pernah berada
di titik terendah. Dari pengalaman hidup itu, kita belajar bahwa kunci sukses
hidup itu adalah kejujuran, ketulusan, kesungguhan, dan doa,” ungkap ayah empat
anak ini.
Dulunya, Abah Odil bukanlah penjual bubur. Usaha itu baru
dilakoni sekitar tahun 2004. Abah Odil sendiri dulunya adalah wakil direksi
plus menejer produksi di sebuah perusahaan sarung ternama di Indonesia. Gajinya
pun besar. Rumah, asuransi kesehatan, dan mobil dinas juga disediakan
perusahaan. Belum lagi dengan fasilitas dan bonus lainnya.
Namun, semua itu tak membuatnya tenang. Pasalnya, sebagai
menejer produksi, setiap saat dia harus mengontrol mesin. Ia merasa seperti
diikat. Hal itu membuat ibadahnya terbengkalai. Bahkan, hanya untuk mengikuti
pengajian saja jadi susah lantaran tidak ada waktu. Bukan tidak pernah memberi
masukan ke perusahaan, tapi pihak perusahaan memiliki alasan sendiri. Lalu,
Abah Odil pun berpikir untuk memiliki usaha sendiri. Selain bebas beribadah,
dengan memiliki usaha sendiri, ia juga bisa mempekerjakan karyawan. “Itulah
alasan saya keluar sebagai menejer produksi,” jelas alumnus Akademi Tekstil
Berdikari Bandung ini. Usai mengunduran diri dari perusahaan, Abah Odil pernah
mencoba menempuh berbagai usaha. Namun, karena tidak memiliki pengalaman
dagang, usahanya pun banyak yang gagal. Pernah terjun ke usaha tekstil tapi
juga tidak beruntung. Lalu mencoba jualan es akar rumput, nasi pecel, hingga
roti. Tapi, keberuntungan belum berpihak kepadanya. Hingga akhirnya, Ate fokus
menggeluti usaha bubur ayam. Kali ini nasibnya mujur.
Keuntungan yang diperolehnya dari hari ke hari semakin besar.
Tidak hanya itu, kini, ayah dari Rizki Madita, Astrid, Aisyah, dan Abdillah
bebas menjalankan ibadah. Begitu juga dengan 12 karyawannya. Setiap shalat lima
waktu dan Jumat harus dilaksanakan di masjid. Bahkan, di sela-sela jam kerja
karyawannya, setiap malam Rabu pukul 17.30 hingga 19.15 seluruh karyawan
diwajibkan mengikuti pengajian.Program pengajian rutin dan wajib shalat jamaah
yang diterapkan kepada karyawannya itu ternyata positif. Muskamah, contohnya.
Karyawan yang telah bekerja tiga tahun ini mengaku mendapat pencerahan setelah
mengikuti pengajian. “Ya, saya merasa enak sehabis ikut pengajian,” ungkap
karyawan bagian dapur ini.Tak hanya itu, karyawan asal Malang ini juga menjadi
semangat ketika bekerja. Tak pelak, selama bekerja di Abah Odil ia merasa
terkesan. Kesuksesan Abah Odil dalam usahanya tidak terlepas dari dukungan sang
istri, Sulistyawati. “Apa pun keputusan yang diambil suami, selama itu baik,
akan saya dukung,” ungkapnya. Termasuk ketika memutuskan keluar dari
perusahaan, Sulistyawati mendukungnya.“Saya kira, Bapak punya niat baik atas
keputusan itu,” imbuhnya. Meski harus melepas kemewahan, namun Sulistyawati
mengaku tidak menyesal. Sulistyawati pun tidak kaget dan shock. “Saya sudah
biasa hidup susah. Hidup dengan modal dengkul tak masalah,” tegasnya. Ketika
suaminya memulai usaha bubur ayam, dia tak henti-hentinya memotivasinya. “Maklum,
dulu Bapak menejer, ketika harus dorong gerobak bubur sempat malu juga,”
tuturnya. Lantas Sulistyawati menasihatinya, “Sudahlah Yah, berangkat saja.
Jangan malu. Wong kita nggak ikut makan mereka kok,” kilahnya.
Ada tiga jenis bubur ayam yang dijual Atet, yakni bubur ayam istimewa,
spesial, dan super. Untuk bubur ayam istimewa, menunya terdiri dari bubur,
daging ayam, dan segala aksesorisnya: seperti krupuk, bawang, dan kacang. Bubur
spesial berisi ati ampela dan aksesorisnya. Sedangkan bubur super, berisi ayam,
ati ampela, dan telor setengah matang. Selain bubur, Ate juga menyediakan minuman
khas Jabar: bandrek dan bajigur.Bumbu khas juga menjadi kekuatan rasa sate
ampela-ati, sate usus, dan telur puyuh yang menjadi pendamping setiap porsi
bubur ayam yang disajikan lengkap dengan telur ayam kampung setengah matang
plus kerupuk ini. Telur setengah matang tersembunyi di dasar mangkuk di balik
lapisan bubur dan muncul ketika buburnya diaduk. Perbincangan dari mulut ke
mulut pun menjadikan pelanggan Bubur Ayam Abah Odil terus meningkat. Abah Odil menyediakan empat paket sajian yang
bisa dipilih pengunjung. Paket1: bubur ayam istimewa; Paket 2: bubur ayam
spesial ampela ati; Paket 3: bubur ayam super, ampela ati, telur ayam kampung
setengah matang; dan Paket 4: bubur ayam jumbo. Semua didampingi secangkir teh
tawar yang bisa diisi ulang. Tersedia juga pilihan minuman tradisional lainnya
seperti wedang bajigur, bandrek, dan bandrek susu.
Mulanya, segmentasi penjualan bubur ayam hanya untuk warga
Jawa Barat yang tinggal di Malang. Sebab, bagi warga Jawa Barat (Jabar), bubur
sudah menjadi menu setiap hari. Betul saja, tahun 2004, ketika usaha Abah Odil
dibuka, pembelinya kebanyakan orang Jabar. “Mungkin ada perasaan
primordialisme, jadi mereka beli,” ujar Abah Odil menghibur diri. Apalagi bubur
ayam Abah Odil dikasih embel-embel, kata Tasikmalaya, salah satu kota di Jawa
Barat yang terkenal dengan kerajinan anyaman bambunya. Kini, seiring dengan
berjalannya waktu, banyak masyarakat yang bukan asal Jabar yang membelinya. Hal
itu membuktikan, untuk masalah kuliner, tak ada kata tradisi yang tidak bisa
dilawan. Asal enak di lidah, siapa pun akan suka. Abah Odil pun berhasil
melawan arus.
Sejak masih berjualan di gerobak, Abah Odil selalu menjaga
kualitas bubur hasil olahannya.“Saya setiap pagi mencoba bubur saya sebelum
saya jual kepada orang lain. Sedikit-sedikit semua saya coba, dari buburnya
sendiri sampai aksesoris-aksesorisnya, ini untuk melihat kualitas agar tetap
terjaga.” Untuk menjamin kualitas tetap terjaga, Abah Odil selalu menyempatkan
diri bertanya kepada pelanggannya mengenai rasa buburnya. Kalau tidak sempat
bertanya, biasanya dia melihat dari mangkok bubur. Apakah buburnya tersisa
banyak atau habis tak tersisa.“Bagaimana meja satu? Bagaimana meja 2? Habis
semua atau tidak? ‘Ada satu pak tidak habis’ Kita evaluasi apa yang menyebabkan
tidak habis,” ungkapnya. Kebanggaan Abah hanya satu, ketika semua pelanggannya
puas dengan sajian buburnya. Mangkuk-mangkuk selalu bersih, tanpa sisa bubur. “Kalau
sudah seperti itu rasanya bahagia luar biasa,” ungkapnya.
Pada tahun pertama dibuka, dengan modal satu gerobak dorong,
Abah Odil sudah berhasil membukukan omzet Rp100 juta. Tahun lalu omzet gerai
pusatnya saja telah mencapai Rp1,4 miliar. Di sana rata-rata terjual 300-400
porsi per hari dengan harga per porsi Rp11.000.
Mantan menejer di perusahaan tekstil terkenal, lalu banting
setir jualan bubur. Awalnya gengsi, namun kini usahanya beromzet puluhan juta
per bulan.
Ruko yang berada di Jalan Soekarno Hatta D 511 Malang itu tak
istimewa. Luasnya cuma 3 x 8 meter. Di halaman depannya terpasang tenda terop,
berisi tiga meja dan lima bangku panjang. Bagian depan tenda ditutup dengan
selembar tirai bambu bertuliskan “Abah Odil Bubur Ayam Tasikmalaya”.
Ruko
ini adalah tempat penjualan bubur ayam. Meski sederhana, tapi penjualannya
mencapai 300 mangkok per hari. Dari hasil usaha itu, Ate Rushendi, pemilik Abah
Odil asal Tasikmalaya ini mampu meraup laba sekitar Rp 50 juta per bulan.